Berita Akurat - Dunia merasa geram pada pemerintah Afrika Selatan setelah muncul kabar bahwa mereka akan melelang seekor singa putih hasil sitaan demi mendapat dana untuk badan konservasi negara itu. Para aktivis pecinta hewan mengingatkan bahwa pembelinya nanti bisa saja para pemburu kaya raya yang mengincar 'piala' langka atau pebisnis yang terlibat perdagangan tulang singa.
Dilansir AKURAT.CO dari laman Oddity Central, Jumat (23/11), singa putih yang diberi nama Mufasa ini disita saat masih kecil dari seorang pemilik pribadi 3 tahun lalu. Raja hutan ini pun dirawat oleh WildForLife, sebuah yayasan rehabilitasi binatang di bagian utara Afrika Selatan.
Meski muncul banyak seruan agar Mufasa dipindahkan ke konservasi satwa liar bersama kawannya, Suraya, supaya bisa hidup bebas sepanjang hidupnya, para pejabat pemerintah tetap bersikukuh.
Parahnya lagi, beberapa bulan lalu WildForLife diberi tahu pemerintah Afrika Selatan bahwa hewan langka itu akan dilelang ke pembeli pribadi demi mendapat dana untuk badan konservasi alam. Karena itulah yayasan ini melakukan perlawanan hukum demi menyelamatkan Mufasa.
"Sudah tiga kali pemerintah memberi tahu bahwa Mufasa akan dilelang. Sudah biasa bagi badan konservasi itu melelang hewan hasil sitaan," ungkap dr. Tjitske Schouwstra, dokter hewan yang merawat Mufasa.
Schouwstra menambahkan, kemungkinan besar pembelinya nanti adalah para pemburu 'piala' yang sering ikut 'perburuan kaleng', sebuah istilah untuk menyebut metode berburu dengan menempatkan hewan yang akan diburu di dalam area terbatas untuk memudahkan perburuan, atau pedagang tulang singa.
"Banyak pemburu dari luar negeri datang ke Afrika Selatan untuk menembak singa dan tentu saja 'perburuan kaleng' menjamin mereka mendapatkan 'piala'," sambung Schouwstra. "Kemungkinan lainnya, pembelinya nanti adalah pedagang tulang singa yang sangat marak akhir-akhir ini."
Perburuan kaleng dan perdagangan tulang singa sudah menjadi ladang bisnis besar di Afrika Selatan. Dilaporkan ada sekitar 12.000 ekor singa saat ini ditangkarkan demi tujuan komersial. Sang betina terus-menerus dipaksa beranak untuk menjaga tersedianya anak singa yang nantinya akan dijual jika sudah cukup umur atau digunakan untuk perkembangbiakan.
Mufasa sendiri sudah mandul, jadi dia tidak ada gunanya lagi untuk perkembangbiakan singa. Menjualnya kepada penawar tertinggi menjadi satu-satunya jalan bagi pemerintah untuk mendapatkan untung. Selain itu, jenis raja hutan ini terhitung langka sehingga harganya pun akan melambung tinggi. Para pakar memperkirakan hanya tersisa 300 ekor singa saja di dunia dan hanya 13 ekor dari jumlah itu yang masih hidup di alam liar.
Begitu mengetahui nasib suram Mufasa, WildForLife, yayasan yang menangani Pusat Rehabilitasi Rustenburg, tempat para singa tinggal, mulai melakukan perlawanan hukum terhadap badan konservasi Afrika Selatan dan juga merilis petisi online untuk meningkatkan kesadaran atas situasi ini.
Dukungan bagi Mufasa pun mengalir dari seluruh dunia, tetapi petisinya sendiri hampir mencapai target, yakni sebanyak 290.000 tanda tangan. Kemarahan publik ini memaksa Afrika Selatan untuk menyelidiki kasus ini dan nasib singa lainnya yang dikurung.
Carol Zietsman, pengacara yang memperjuangkan Mufasa, mengatakan singa putih ini masih bisa bertahan hidup hingga sekarang karena seruan protes di media sosial dari para aktivis pecinta hewan yang berhasil menunda pelelangannya.
Pihak berwenang menolak menanggapi pertanyaan awak media dan menyatakan kalau masalah itu masih dalam proses pengadilan. Karena itulah hingga saat ini nasib Mufasa masih belum jelas.[]
Komentar
Posting Komentar